16 April 2009

Makiyyah dan Madaniyyah


Makiyyah dan Madaniyyah

PENDAHULUAN
Semua bangsa berusaha keras untuk malestarikan warisan pemikiran dan sendi-sendi kebudayaannya. Demikian juga umat Islam amat memperhatikan kelestarian risalah Muhammad yang memuliakan semua umat manusia. Itu disebabkan risalah Muhammad bukan sekedar risalah ilmu dan pembaharuan yang hanya diperhatikan sepanjang diterima akal dan pendapat respon manusia; tetapi, di atas itu semua, ia agama yang melekat pada akal dan terpateri dalam hati.
Kita telah mengetahui bahwa al-Quran sampai kepada umat Islam dan pertama kali diterima oleh Muhammad SAW melalui proses nuzul. Namun perlu dicatat bahwa ayat-ayat tersebut dinuzulkan ada di wilayah Mekkah dan sekitarnya, baik sebelum atau sesudah hijrah, di wilayah Madinah dan sekitarnya, dalam perjalanan, di waktu pagi, siang bahkan malam. Untuk mengetahui ayat-ayat tersebut, maka salah satu ilmu yang berhubungan dengan masalah ini perlu diketahui, yakni Ilmu al-makki wa al-madani.
Dan adapun pembahasan secara rinci mengenai al-makki wa al-madani akan kami bahas dalam makalah yang kami buat ini, baik itu menyangkut tentang apa itu makkiyah dan madaniyyah, ciri-ciri yang spesifik makkiyah dan madaniyyah, serta faedah atau manfaat bagi kita dalam mempelajari ilmu al-makki wa al-madani.















MAKIYYAH DAN MADANIYYAH

A. PENGERTIAN
Para sarjana muslim mengemukakan empat perspektif dalam mendefinisikan terminologi Makiyyah dan Madaniyyah. Keempat perspektif itu adalah masa turun (zaman an-nuzul), tempat turun (makan an-nuzul), objek pembicaraan (mukhatab), dan tema pembicaraan (maudu).
a. Dari perspektif masa turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut.
“Makiyyah ialah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Mekkah. Madaniyyah adalah ayat-ayat yang di turunkan sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut Madaniyyah walaupun turun di Mekkah atau Arafah.”
Dengan demikian, surat an-Nisa ( 4 : 58 ) termasuk kategori Madaniyyah, walaupun diturunkan di Mekkah, yaitu pada peristiwa terbukanya kota Mekkah (fath al-makkah). Begitu pula pada surat al-Ma’idah ayat 3 termasuk kategori madaniyyah kendati pun tidak diturunkan di Madinah, karena ayat itu diturunkan pada peristiwa haji wada.
Bunyi ayatnya :
•           ••     •      •     
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. QS. an-Nisa ( 4 : 81 )
Begitu pula surat Al-Ma’idah ( 5 : 3 ) termasuk kategori Madaniyyah walaupun tidak diturunkan di Madinah, karena ayat itu diturunkan pada peristiwa haji wada.
Bunyi ayat nya :
                    •    
Artinya : pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksakarena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. al-Ma’idah ( 5 : 3 )
b. Dari perspektif tempat turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut.
“Makiyyah ialah ayat-ayat yang di turunkan di Makkah dan sekitarnya seperti Mina, dan Hudaibiyyah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang diturunkan di Madinnah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba, dan Sul’a”
Pendefinisian di atas memiliki kelemahan sebab terdapat ayat tertentu yang tidak di turunkan di Makkah, Madinah, dan Sekitarnya. Umpamanya surat At-Taubah [9]:42 diturunkan di Tabuk, surat Az-Zukhruf [43] :45 diturunkan di Bait Al-Muqadas dan surat Al-Fath [48] diturunkan di tengah perjalanan antara Mekkah dan Madinah. Jika melihat definisi kedua, ketiga ayat di atas, tidak dapat di kategorikan ke dalam Makiyyah dan Madaniyyah.
c. Dari perspektif obyek pembicaraan, mereka mendefinisikan dua terminologi di atas sebagai berikut :
“Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab bagi orang-orang Mekah, sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab bagi orang-orang Madinah“.
Pendefinisian diatas dirumuskan para sarjana muslim berdasarkan asumsi bahwa setiap ayat-ayat Al-Quran di mulai dengan redaksi atau ungkapan Yaa ayyuha an-nas ( wahai sekalian manusia ) dikategorikan makkiyah, karena pada masa itu umunya penduduk Mekkah masih kufur, kendati seruan ini berlaku juga bagi penduduk selain Mekkah. Dan ungkapan ya ayuha al-ladzina ( wahai orang-orang yang beriman ) dikategorikan madaniyah, karena penduduk Madinah ketika itu telah tumbuh benih-benih keimanan dalam hati mereka, kendati seruan itu sebenarnya berlaku juga untuk penduduk selain mereka.
Namun, tidak selamanya asumsi ini benar ada juga beberapa kelemahan, Misalnya surat Al-Baqarah termasuk kategori madaniyyah padahal di dalamnya terdapat salah satu ayat yaitu ayat ke 21 dan ayat ke 168 yang di mulai dengan ungkapan Ya ayuha an-nas.
Bunyi surat nya yaitu :
 ••          
Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. QS Al-Baqarah ( 2 : 21 )
Kemudian dalam ayat 168 yang berbunyi :
 ••                
Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. QS. Al-Baqarah ( 2 : 168 )
d. Adapun pendefinisian Makiyyah dan Madaniyyah dari perspektif tema pembicraan akan di singgung lebih rinci dalam uraian karakteristik kedua klasifikasi tersebut. Kendatipun mengunggulkan pendefinisian Makiyyah dan Madaniyyah dari perspektif masa turun, Subhi Shalih melihat komponen-komponen serupa dalam tiga pendefinisian diatas. Pada tiga versi itu terkandung komponen masa tempat dan orang. Bukti lebih lanjut dari tesis Shali dapat dilihat dalam kasus surat Al-Mumtahanah[60]. Bila dilihat dari perspektif tempat turun, surat itu termasuk madaniyyah karena diturunkan sesudah terjadinya peristiwa hijrah. Akan tetapi, dalam perspektif objek pembicaraan, surat itu termasuk Makiyyah karena menjadi kitab bagi orang-orang mekkah. Oelh karena itu, para sarjana muslim memasukan surat itu kedalam Manzila bi al-Madinah wa hukmuhu Makki (ayat-ayat yang diturunkan di Madinah, sedangkan muatan hukumnya termasuk ayat-ayat yang diturunkan di Makkah).
a. Perhatian para ulama terhadap surah makki dan madani
Para ulama begitu tertarik untuk menyelidiki surah-surah makki dan madani. Mereka meneliti Quran ayat demi ayat dan surah demi surah untuk ditertibkan sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan cermat dalam memberikan gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu makki dan madani.
Para ulama sangat memperhatikan Al-Quran dengan cermat. Mereka menertibkan surah demi surah sesuai dengan tempat turunnya. Dan bahkan lebih cermat lagi sehingga mereka membedakan antara yang turun pada malam hari dengan yang diturunkan pada siang hari, antara yang diturunkan dimusim panas dengan yang diturunkan pada musim dingin, dan antara yang diturunkan pada waktu sedang berada di rumah dengan yang diturunkan pada saat bepergian.
Yang terpenting dipelajari para ulama dalam pembahasan ini ialah : 1) yang diturunkan di mekah, 2) yang diturunkan di Madinah, 3) yang diperselisihkan, 4) ayat-ayat makkiyah dalam surah Madaniyyah, 5) ayat-ayat Madaniyyah dalam surat makkiyah, 6) yang turunkan di Mekkah sedang hukumnya madani, 7) yang turunkan di Madinah sedang hukumnya makki, 8) yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah dalam kelompok madani, 9) yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam kelompok makki, 10) yang dibawa dari Mekkah ke Madinah, 11) yang dibawa dari Madinah ke Mekkah, 12) yang turun di waktu malam yang turun di waktu siang, 13) yang turun di musim panas dan di mmusim dingin, 14) yang turun di waktu menetap dan dalam perjalanan.
Inilah macam-macam ilmu Al-Quran yang pokok, berkisar di sekitar makki dan madani, oleh karenanya dinamakan “ ilmu makki dan madani. “
b. Beberapa contoh
1, 2, 3. pendapat yang paling mendekati kebenaran tentang bilangan surah-surah makkiyah dan Madaniyyah ialah bahwa Madaniyyah ada dua puluh surah : 1) Al-Baqarah, 2) ali-imran, 3) an-nisa, 4) al-anfal, 5) al-ma’idah, 6) at-taubah, 7) an-nur, 8) al-ahzab, 9) muhammad, 10) al-fath, 11) al-hujarat, 12) al-hadid, 13) al-mujadalah, 14) al-hasyr, 15) al-mumtahanah, 16) al-jumu’ah, 17) al-munafiqun, 18) at-talaq, 19) at-tahrim, dan 20) an-nasr.
Sedang yang diperselisihkan ada dua belas surah, yaitu : 1) al-fatihah, 2) ar-ra’du, 3) ar-rahman, 4) as-saff, 5) at-tagabun, 6) at-Tathfif, 7) al-qadar, 8) al-bayyinah, 9) az-zalzalah, 10) al-ikhlas, 11) al-falaq, dan 12) an-nas. Selain yang disebutkan di atas adalah makki, yaitu delapan puluh dua surah. Maka jumlah keseluruhan quran itu semuanya seratus empat belas surah.
4. ayat-ayat makkiah dalam surah-surah Madaniyyah. Dengan menamakan sebuah surah itu makkiah atau Madaniyyah tidak berarti bahwa surah tersebut seluruhnya makkiah atau Madaniyyah, sebab di dalam surah makkiah terkadang terdapat ayat-ayat Madaniyyah, begitu pun sebaliknya. Dengan demikian, penamaan surah itu makkiah atau Madaniyyah adalah menurut sebagian besar ayat-ayat yang terkandung didalamnya.
Di antara sekian contoh ayat-ayat makkiah dalam surah Madaniyyah ialah surah al-anfal itu Madaniyyah, tetapi banyak ulama mengecualikan ayat :
                  
Artinya : dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya. QS. Al-anfal ( 8 : 30 ).
Mengenai ayat ini mereka mengatakan “ ayat ini diturunkan di Mekkah, dan pada lahirnya memang demikian, sebab ia mengandung apa yang dilakukan orang musyrik di darun nadwah ketika mereka merencanakan tipu daya terhadap rasullulah sebelum hijrah.
5. ayat-ayat Madaniyyah dalam surah makkiah. Misalnya surah al-an’am, yaitu ayat :
                            •         •                                                      •    •               
Artinya : Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).152. dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu ) dan penuhilah janji Allah. Dan yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. 153. dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa . QS al-an’am ( 6 : 151-153 )
Ibn abbas berkata : “surah ini diturunkan sekaligus di Mekkah, maka ia makkiah, kecuali tiga ayat diturunkan di Madinah, yaitu ayat yang di atas.
6. ayat yang diturunkan di Mekkah sedang hukumnya madani. Mereka memberi contoh dengan firman Allah SWT :
 ••           •      •    
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. Al-Hujarat ( 49 : 13 ).
Ayat ini diturunkan di Mekkah pada hari penaklukan kota Mekkah, tapi sebenarnya Madaniyyah karena di turunkan sesudah hijrah, di samping itu seruannya bersifat umum. Ayat seperti ini oleh para ulama tidak dinamakan makki dan tidak juga dinamakan madani secara pasti. Tetapi mereka mengatakan “ ayat yang diturunkan di Mekkah sedang hukumnya madani.
7. ayat yang diturunkan di Madinah sedang hukumnya makki. Mereka memberi contoh dengan surah Al-Mumtahanah. Surah ini diturunkan di Madinah dilihat dari segi tempat turunnya, tapi seruannya ditujukan kepada orang musyrik di Mekkah.
8. ayat yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah dalam madani. Yang dimaksud oleh para ulama ialah ayat-ayat yang dalam surah Madaniyyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri umum surah makkiah. Contoh dalam firman Allah SWT dalam surah al-anfal yang Madaniyyah :
       •            
Artinya : dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, Dialah yang benar dari sisi Engkau, Maka hujanilah Kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada Kami azab yang pedih. QS. Al-Anfal ( 8 : 32 ).
Ini mengingat permintaan kaum musyrikin untuk disegerakan azab itu adalah di Mekkah.
9. Yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam makki. Mereka memberi contoh dalam firman Allah SWT dalam surah an-najm :
    •    •              •   •         • 
Artinya : (yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. QS. An-najm ( 53 : 32 ).
As-suyuti mengatakan : “perbuatan keji ialah setiap dosa yang ada sanksinya. Dosa-dosa besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan kecil ialah apa yang terdapat di antara kedua batas dosa-dosa di atas. Sedang di Mekkah belum ada sanksi dan yang serupa dengannya.
10. ayat yang dibawa dari Mekkah ke Madinah. Contohnya ialah surah al-a’la. Diriwayatkan oleh bukhari dari al-barra bin azib yang mengatakan : “orang yang pertama kali datang kepada kami dari para sahabat Nabi adalah mus’ab bin ‘umair dan ibn ummi maktum. Keduanya membacakan quran pada kami. Sesudah itu datanglah keduanya ‘amar, bilal dan sa’d, baru setelah itu umar bin khattab sebagai orang yang kedua puluh. Baru setelah itu Nabi. Aku melihat penduduk Madinah bergembira setelah aku membacakan sabihisma rabbikal a’la. Pengertian ini cocok dengan quran yang dibawa oleh golongan muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum anshar.
11. yang dibawa dari medinah ke Mekkah. Contohnya ialah awal surah al-bara’ah, yaitu ketika rasullulah memerintahkan Abu Bakr untuk berhaji pada tahun yang kesembilan. Ketika awal surah al-bara’ah turun, rasullulah memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk membawa ayat tersebut kepada Abu Bakr, agar ia sampaikan kepada kaum musyrikin. Maka Abu Bakr membacakannya kepada mereka dan mengumumkan bahwa setelah ini tidak seorang musyrik pun diperbolehkan berhaji.
12. ayat yang turun pada malam hari dan pada siang hari. Kebanyakan ayat Al-Quran itu turun pada waktu siang hari. Mengenai yang diturunkan pada malam hari Abul Qasim al-hasan bin muhammad telah menelitinya. Dia memberikan contoh, di antaranya bagian-bagian akhir surah ali-imran.
Bilal datang kepada Nabi untuk memberitahukan waktu shalat subuh, tetapi ia melihat Nabi sedang menangis. Ia bertanya : “rasulullah, apakah yang menyebabkan engkau menangis ?” Nabi menjawab : bagaimana saya tidak menangis padahal tadi malam diturunkan kepadaku :
       •    

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. QS. Ali-imron ( 3 : 190 ).

Contoh lain ialah awal surah Al-Fath. Terdapat dalam shahih khari, dari hadis umar :
     

Artinya : Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. QS. Al-Fath ( 48 : 1 )


13. yang turun di musim panas dan musim dingin. Para ulama memberi contoh ayat yang turun di musim panas dengan ayat tentang kalalah yang terdapat di akhir surat an-Nisa. Dalam sahih muslim, dari Umar, dikemukakan :
“Tidak ada yang sering ku tanyakan kepada rasulullah tentang sesuatu seperti pertanyaanku tentang kalalah. Dan iapun tidak pernah bersikap kasar tentang sesuatu urusan seperti sikapnya kepadaku mengenai soal kalalah ini, sampai-sampai dia menekan dadaku dengan jarinya sambil berkata: Umar, belum cukupkah bagimu satu ayat yangdi turunkan pada musim panas yang terdapat di akhir surat an-nisa :

      


Artinnya : Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah…….. QS. An-nisa ( 4 : 176 )

Contoh lain ialah ayat-ayat yang turun dalam perang tabuk. Perang tabuk itu terjadi pada musim panas yang berat sekali, seperti dinyatakan dalam al-qur’an :

                      •       

Artinya : orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui. QS. At-taubah ( 9 : 81 )

Sedang untuk yang turun di musim dingin mereka contohkan dengan ayat-ayat mengenai tuduhan bohong yang terdapat dalam surat an-Nur :
•                    •            
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. QS an-Nur ( 24 : 11 )

Dalam hadis sahih dari Aisyah disebutkan :
“Ayat-ayat itu turun pada hari yang dingin”. Contoh lain adalah ayat-ayat yang turun mengenai perang khandaq, dari surat al-Ahzab. Ayat-ayat itu turun pada hari yang amat dingin.
Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Dala’ ilun Nubuwah, dari Huzaifah mengatakan:
“Orang-orang meninggalkan rasulullah pada malam peristiwa ahzab, kecuali 12 orang lelaki. Lalu rasulullah dating kepadaku dan berkata : “Bangkit dan berangkatlah ke medan perang ahzab” aku menjawab : “Ya rasulullah, demi yang mengutus engkau dengan sebenarnya, aku mematuhi engkau karena malu, sebab hari dingin sekali”. Lalu turun wahyu Allah swt :

                •  

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya . dan adalah Allah Maha melihat akan apa yang kamu kerjakan. QS al-Ahzab ( 33 : 9 ).

14. yang turun di waktu menetap dan yang turun di dalam perjalanan. Kebayakan dari Al-Quran itu di waktu menetap. Tetapi, peri kehidupan Rasulullah penuh dengan jihad dan peperangan di jalan Allah SWT, sehingga wahyu pun turun juga dalam perjalanan tersebut. Suyuti menyebutkan banyak contoh ayat yang turun dalam perjalanan. Di antaranya adalah awal surat al-anfal yang turun di badar setelah selesaia perang, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad melalui sa’d bin abi waqash. Dan ayat :

   •       ••                   

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. QS. At-taubah ( 9 : 34 ).

Diriwayatkan oleh Ahmad melalui sauban, bahwa ayat tersebut turun ketika Rasulullah dalam suatu perjalanan. Juga awal surat Al-Hajj. Tirmidzi dan Hakim meriwayatkan melalui Imran bin Hasain yang mengatakan : “ketika turun kepada Nabi ayat :
 ••         
             ••         

Artinya : Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). 2. (ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu Lihat manusia dalam Keadaan mabuk, Padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. QS. Al-Hajj ( 22 : 1-2 )

Ayat ini diturunkan kepada Nabi sewaktu dalam perjalanan. Begitu juga surat Al-Fath. Diriwayatka oleh Hakim dan yang lain, melalui Al-miswar bin makhramah dan marwan bin Al-Hakam, keduanya berkata : “surat Al-Fath dari awal sampai akhir turun diantara Makkah dan Madinah mengenai soal hudaibiyah”.
B. CARA-CARA MENGETAHUI MAKKIYAH DAN MADANIYYAH SERTA FAEDAHNYA
a. Cara mengetahui Makkiyyah dan madaniyyah
Untuk mengetahui dan menentukan makki dan madani, para ulama bersandar pada dua cara.
1. Sima’i naqli ( pendengaran seperti apa adanya atau pedekatan periwayatan)
Pendekatan ini merujuk pada riwayat shahih yang berasal dari para sahabat yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu, atau dari para tabi’in yang menerima dan mendengar dari para sahabat tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan proses pewahyuan Al-Quran, termasuk di dalamnya adalah informasi kronolgis Al-Quran. Sebagian besar penentuan makki dan madani didasarkan pada cara pertama ini. Dan contoh-contoh di atas merupakan bukti paling baik baginya. Penjelasan tenteng penentuan tersebut telah memenuhi standar kitab-kitab tafsir bi al-ma’tsur, kitab-kitab asbab an-nuzul dan pembahasan mengenai ilmu Al-quran. Namun demikian, tentang hal tersebut tidak terdapat sedikitpun keterangan dari rasullulah, karena ia tidak termasuk suatu kewajiban, kecuali dalam batas yang dapat membedakan mana yang nasikh dan yang mansukh.
2. Qiyasi ijtihadi ( pendekatan analogi atau hasil ijtihad kias )
Cara Qiyasi ijtihadi didasarkan pada ciri-ciri makki dan madani. Apabila dalam surah maki terdapat suatu ayat yang mengandung sifat madani, maka dikatakan bahwa itu ayat madani. Dan apabila dalam surah madani terdapat terdapat suatu ayat yang mangandung sifat makki, maka ayat tadi bisa dikatakan ayat makki. Bila dalam surah terdapat ciri-ciri makki, maka surah itu dinamakan surah makki. Begitu juga sebaliknya. Inilah yang disebut Qiyasi ijtihadi. Oleh karena itu para ahli mengatakan : “ setiap surah yang didalamnya mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu, maka surah itu adalah makki. Dan setiap surah yang didalamnya mengandung kewajiban atau ketentuan, surah itu adalah madani.

b. Faedah mengetahui Makki dan Madani
Pengetahuan tentang Makki dan Madani banyak faedahnya, diantaranya:
a. Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Qur’an, sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafaz, bukan sebab yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang penafsir dapat membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh bila diantara kedua ayat terdapat makna yang kontraditif. Yang datang kemudian tentu merupakan nasikh atas yang terdahulu.
b. Meresapi gaya bahasa Al-qur’an dan manfaatnya dalam metode berdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri. Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi, merupakan arti paling khusus dalam ilmu retorika. Karakteristik gaya bahasa Makki dan Madani dalam Al-qur’an pun memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kejiwaan lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaannya serta mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan.
c. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Quran, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik pada periode mekah maupun periode Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan, Qur’an adalah sumber pokok bagi peri hidup Rasulullah saw.
C. CIRI-CIRI KHAS MAKKI DAN MADANI
Para ulama telah meneliti suruh-surah Makki dan Madani; dan menyimpulkan beberapa ketentuan analogis bagi keduanya, yang menerangkan ciri-ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakannya. Dari situ mereka dapat menghasilkan kaidah-kaidah dengan ciri-ciri tersebut.

a. Ketentuan Makki dan ciri Khas temanya
1. Setiap surat yang di dalamnya mengandung “sajdah” maka surat itu Makki
2. Setiap surat yang mengandung lafal kalla, berarti Makki. Lafal ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari Qur’an. Dan disebutkan sebanyak tiga puluh kali dalam lima belas surat.
3. Setiap surat yang mengandung ya ayyuhan nas dan tidak mengandung ya ayyuhal ladzina amanu, berati Makki, kecuali surat al-Hajj yang pada akhir surat terdapat ya ayyuhal ladzina amanur-ka’u wasjudu. Namun demikian sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah ayat Makki.
4. Setiap surat yang mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu adalah Makki, kecuali surat al-Baqarah.
5. Setiap surat yang mengandung kisah Adam dan Iblis adalah Makki, kecuali surat Al-Baqarah.
6. Setiap surat yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan, seperti Alif Lam Mim, Alif Lam Ra, Ha Mim dan lainnya, adalah Makki, kecuali surat Baqarah dan Ali-Imran. Sedang surat Ra’d masih diperselisihkan.
Ini adalah sari segi ketentuan, sedang dari segi ciri tema dan gaya bahasa dapatlah diringkas sebagai berikut:
1. Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan siksaannya, sirga dan nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniah.
2. Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat; dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara zalim, penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.
3. Menyebutkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka; dan sebagai hiburan buat Rasulullah sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.
4. Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pertanyaannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati, dan maknanya pun meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah; seperti surat-surat yang pendek-pendek. Dan perkecualiannya hanya sedikit.
b. Ketentuan Madani dan Ciri Khas Temanya
1. Setiap surah yang berisi kewajiban atau had (sanksi) adalah Madani.
2. Setiap surah yang di dalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah Madani, kecuali surah al-Ankabut adalah Makki.
3. Setiap surah yang di dalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab adalah Madani.
Ini dari segi ketentuan, sedang dari segi ciri khas tema dan gaya bahasa dapatlah diringkas sebagai berikut :
1. Menjelaskan Ibadah, muamalah, had, kekeluargaan, warisan, jihad, hubungan sosial, hubungan internasional, baik diwaktu damai maupun perang, kaidah hukum dan masalah perundang-undangan.
2. Seruan terhadap Ahli Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab Allah permusuhan mereka tehadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki diantara sesama mereka.
3. Menyingkap perilaku orang munafik, menganalisis kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
4. Suku kata dan ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang memantapkan syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.
Orang yang membaca al-Quran akan melihat bahwa ayat-ayat makkiyah mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat madaniyyah, baik dalam irama maupun maknanya. Pada zaman jahiliyah masyarakat dalam keadaan buta dan tuli, menyembah berhala, mempersekutukan Allah, mengingkari wahyu, mendustakan hari akhir. Dan mereka mengatakan :
  •     
Artinya : Apakah apabila Kami telah mati dan telah menjadi tanah serta menjadi tulang belulang, Apakah benar-benar Kami akan dibangkitkan ( kembali ) ?. QS. As-Saffat ( 37 : 16 ).
                       
Artinya : dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa. QS. al-Jatsiah ( 45 : 24 )
Mereka ahli bertengkar yang sengit sekali, tukang berdebat dengan kata-kata pedas, dan retorika yang luar biasa, sehingga wahyu makki yang diturunkan di mekkah juga berupa goncangan-goncangan yang mencekam, menyala-nyala seperti api yang memberikan tanda bahaya disertai argumentasi sangat tegas dan kuat. Semua ini dapat menghancurkan keyakinan mereka pada berhala, kemudian mengajak mereka kembali kepada agama tauhid. Dengan demikian, tabir kebobrokan mereka berhasil dirobek-robek, begitu juga segala impian mereka dapat dilenyapkan dengan memberikan contoh-contoh kehidupan akhirat, surga dan neraka. Mereka yang begitu fasih berbahasa dengan kebiasaan retorika tinggi ditantang agar membuat seperti apa yang ada dalam Al-Quran dengan mengemukakan kisah-kisah para pendusta terdahulu sebagai pelajaran dan peringatan.
Demikianlah akan kita lihat Quran surat makkiah itu penuh dengan ungkapan-ungkapan yang kedengarannya sangat keras di telinga, huruf-hurufnya seolah melontarkan api ancaman dan siksaan, masing-masing sebagai penahan dan pencegah, sebagai suara pembawa malapetaka, seperti dalam surat Qori’ah, Ghasiyah, dan Waqi’ah, dengan huruf-huruf hijaiyah pada permulaan surat dan ayat-ayat berisi tantangan didalamnya, nasib umat-umat terdahulu, bukti-bukti alamiah dan yang dapat diterima akal. Semua ini menjadi cirri-ciri Al-Quran surat makkiah.
Setelah terbentuk jama’ah yang beriman kepada Allah, malaikat, kitab dan Rasulnya, kepada hari akhir dan qadar, baik dan buruknya serta akidahnya telah diuji dengan berbagai cobaan dari orang musyrik dan ternyata data bertahan, dan dengan agamanya itu mereka berhijrah karena lebih mengutamakan apa yang ada di sisi Allah daripada kesenangan hidup duniawi. Maka disaat itu kita melihat ayat-ayat madaniah yang panjang-panjang membicarakan hukum-hukum islam serta ketentuannya, mengajak berjihad dan berkurban di jalan Allah kemudian menjelaskan dasar-dasar perundangan, meletakan kaida-kaidah kemasyrakatan, menentukan hubungan pribadi, hubungan internasional dan antar bangsa. Juga menyingkapkan aib isi hati orang-orang munafik, berdialog dengan ahli kitab dan membungkam mulut mereka. Inilah ciri-ciri umum Quran yang madani.

D. KLASIFIKASI AYAT DAN SURAT AL-QUR’AN
Menurut edisi standar mesir, 86 surat termasuk dalam periode Mekkah, sedangkan 28 surat lainnya berasal dari periode Madinah. Dasar determinasi kronologis ini adalah permulaan surat. Sebuah surat, misalnya dianggap dari Mekkah jika ayat awalnya diturunkan di Mekkah, meskipun berisi juga ayat-ayat yang diturunkan di Madinah. Terkadang ada juga perbedaan pendapat di kalangan kaum muslimin mengenai apakah surat ini termasuk Makiyyah dan Madaniyyah. Tidaklah mengejutkan jika prinsip klasifikasi yang diterapkan kaum muslimin dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Perbedaan kesimpulan ini lebih besar ditemukan jika dibandingkan dengan yang disimpulkan oleh para sarjana barat.
Dalam pandangan para sarjana muslim, pijakan pertama untuk mengklasifikasikan bagian ayat-ayat Al-Qur’an adalah hadis dan pernyataan-pernyataan para mufasir yang belakangan. Meskipun nampak memberi perhatian kepada bukti-bukti internal, para sarjana muslim yang mula-mula jarang menggunakannya secara eksplisit dalam argumentasi-argumentasinya.
Sebuah contoh tentang susunan kronologi revelasi (pewahyuan) al-qur’an adalah yang ditulis seorang sarjana klasik dari Ibn Nazhim dalam Al-Fihrits. Di dalamnya terdapat klasifikasi penentuan surat-surat Makiyyah dari Nu’man Ibn Bashir :
1. Surat Al 'Alaq (96) 42. Surat An-Naml (27)
2. Surat Al-Qalam (68) 43. Surat Al-Isra’ (17)
3. Surat Al-Muzammil (73) 44. Surat Hud (11)
4. Surat Al-Mudatsir (74) 45. Surat Ar-Ra’d (13)
5. Surat Al-Lahab (111) 46. Surat Yunus (10)
6. Surat Al-Takwir (81) 47. Surat Al-Hijr (15)
7. Surat Al-Insyirah (94) 48. Surat Ash-shaffat (37)
8. Surat ‘Ashr (103) 49. Surat Luqman (31)
9. Surat Al-Fajr (89) 50. Surat Al-Mu’minun (23)
10. Surat Ad-Duha (93) 51. Surat Saba’ (34)
11. Surat Al-Lail (92) 52. Surat Al-Anbiya’ (21)
12. Surat Al’Adiyah (100) 53. Surat Az-zumar (39)
13. Surat Al-Kautsar (108) 54. Surat Al-Mu’min (40)
14. Surat At-takwir (102) 55. Surat Fushilat (41)
15. Surat Al-ma’un (107) 56. Surat Muhammad (47)
16. Surat Al-kafirun (109) 57. Surat Az-Zukhruf (43)
17. Surat Al-Fil (105) 58. Surat Ad-Dukhan (44)
18. Surat Al-Ikhlas (112) 59. Surat Al-jatsiyah (45)
19. Surat Al-falaq (113) 60. Surat Al-ahqaf (46)
20. Surat An-Nas (114) 61. Surat Adz Dzariyyat (51)
21. Surat An-Najm (53) 62. Surat Al-Ghasiyyah (88)
22. Surat ‘Abasa (80) 63. Surat Al-Kahfi (18)
23. Surat Al-Qadar (97) 64. Surat Al-An’am (6)
24. Surat Ath-thariq (85) 65. Surat Al-Nahl (16)
25. Surat Ath Thin (95) 66. Surat Nuh (71)
25. Surat Al-Quraisy (106) 67. Surat Ibrahim (14)
27. Surat Al-Qari’ah (101) 68. Surat As-Sajdah (32)
28. Surat Al-Qiyamah (75) 69. Surat Ath-Thur (52)
29. Surat Al-Humajah (104) 70. Surat Al-Mulk (67)
30. Surat Al-Mursalat (77) 71. Surat Al-Haqqah (69)
31. Surat Al-Balad (90) 72. Surat Al-Ma’arij (70)
32. Surat Ar-rahman (55) 73. Surat An-Naba (78)
33. Surat Al-Jin (72) 74. Surat An-Nazi’at (79)
34. Surat Yaa siin (36) 75. Surat Al-Infithar (82)
35. Surat Al-A’raf (7) 76. Surat Al-Insyiqaq (84)
36. Surat Al-Furqan (25) 77. Surat Ar-Rum (30)
37. Surat Fathir (35) 78. Surat Al-Ankabut (29)
38. Surat Maryam (19) 79. Surat Al-Muthaffifin (83)
39. Surat Thaha (20) 80. Surat Al-Qamar (54)
40. Surat Al-Waqiah (56) 81. Surat Ath-Thariq (86)
41. Surat Asy syura (26)
Para sarjana muslim menerima secara umum bahwa ayat-ayat yang diturunkan di Madinah dapat saja merupakan bagian surat yang dirancang sebagai surat makiyyah (menurut prinsip permulaan di atas), atau sebaliknya.
Contoh lainnya adalah kronologi revalasi yang ditulis Abu Al-Qasim An-Naisaburi yang mengikuti sistem penanggalan Al-qur’an berdasarkan sejarah dan masa turunnya (manhaj tarikhy zamany). Ia membagi kronologi Al-qur’an ke dalam tiga tahap.
a. Fase-fase dari surat-surat makkiyah
Pertama, tahap permulaan (marhalah ibtidaiyah): Pada fase ini, surat-surat Al-Quran yang telah disepakati dinuzulkan di mekkah diantaranya :
1. Surat Al 'Alaq (96) 6. Surat Al-Insyirah (94)
2. Surat Al-Lail (92) 7. Surat Al-Adiyah (100)
3. Surat Al-Takwir (81) 8. Surat At-Takwir (102)
4. Surat Al-A’la (87) 9. Surat An-Najm (53)
5. Surat Al-Mudatsir (74)
Kedua, tahap pertengahan (marhalah mutwasithah). Di antara surat-surat yang turun dalam tahap pertengahan Mekkah adalah :
1. Surat ‘Abasa (80) 5. Surat Al-Mursalat (77)
2. Surat Ath Thin (95) 6. Surat Al-Balad (90)
3. Surat Al-Qari’ah (101) 7. Surat Al-Hijr (15)
4. Surat Al-Qiyamah (75)
Ketiga, tahap akhir (marhalah khatamiyah). Di antara surat-surat yang turun dalam tahap akhir di Mekkah adalah :
1. Surat Ash-Shaffat (37) 5. Surat Al-Kahfi (18)
2. Surat Az-Zukhruf (43) 6. Surat Ibrahim (14)
3. Surat Ad-Dukhan (44) 7. Surat As-Sjadah (32)
4. Surat Adz-Dzariyyat (51)

b. Fase-fase dari surat-surat madaniyyah
Fase awal ( al-Marhalah al-Ibtidaiyah ), surat yang dinuzulkan pada fase ini adalah surat : al-Baqarah, al-Anfal, Ali-Imran, al-Ahzab, al-Mumtahanah, an-Nisa, dan surah al-Hadid.
Fase pertengahan ( al-Marhalah al-Mutawasithah ), pada fase ini surat yang dinuzulkan adalah surat : Muhammad, at-Thalaq, al-Hasyr, an-Nur, al-Munafiqun, al-Mujadalah, dan surat al-Hujarat.
Fase akhir ( al-Marhalah al-khitamiyah ), surat-surat yang dinuzulkan pada fase ini adalah surat : at-tahrim, al-Jum’ah, al-Ma’idah, at-Taubah, dan surat an-Nashr.

Sistem penanggalan Makiyyah dan Madaniyyah yang telah dikemukakan sejauh ini, seperti terlihat diatas, didasarkan pada tiga asumsi: Pertama: surat-surat Al-Qran yang ada sekarang ini merupakan unit-unit wahyu orsinil. Kedua, memungkinan untuk menetapkan tatanan kronologisnya. Ketiga, bahan-bahan tradisional termasuk literatur hadis, sirah (sejarah), asban an-nuzul, nasikh-mansukh, serta kitab-kitab tafsir bi al-ma’tsur telah menyediakan suatu bisnis yang kokoh untuk penanggalan surat-surat AL-qur’an. Namun, asumsi-asumsi ini memiliki sejumlah kelemahan mendasar. Lebih jauh, sistem periodisasi Makiyyah dan Madaniyyah juga tidak memadai sebagai basis kajian-kajian tematis kronologis Al-Qur’an yang lebih menitik beratkan sistem penaggalannya pada perkembangan atau peralihan tema dan bagian-bagian individual sebagai unit wahyu orsinil.



A. Kesimpulan
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa dalam mendefinisikan terminologi makkiyah dan madaniyyah para sarjana muslim mengemukakan tiga perspektif atau gembaran diantaranya adalah, masa turun ( zaman an-Nuzul ), tempat turun ( makan an-Nuzul ), dan obyek pembicaraan ( mukhatab ). Namun dalam pendefinisian di atas masing-masing memiliki kelemahan, contoh dalam pendefinisian tempat turun, tidak semua ayat makkiyah itu diturunkan di makkah atau ayat-ayat madaniyah di turunkan di madinah, sebab terdapat ayat tertentu yang tidak di turunkan di Makkah, Madinah, dan Sekitarnya.
Dan dalam menentukan atau mengetahui makki maupun madani, para ulama bersandar pada dua cara, yaitu :
 Sima’i naqli ( pendengaran seperti apa adanya atau pedekatan periwayatan)
 Qiyasi ijtihadi ( pendekatan analogi atau hasil ijtihad kias )
Sedangkan dalam ciri-ciri makki maupun madani adalah sebagai berikut:
Ciri-ciri surat Makkiyyah
 Di dalam suratnya mengandung “sajdah”
 Setiap surat yang mengandung lafal kalla, berarti Makki.
 Diawali dengan ungkapan ya ayyuhan nas, kecuali surat al-Hajj
 Mengandung kisah para nabi dan umat terdahulu
 Setiap surat yang dibuka dengan huruf-huruf singkatan, seperti Alif Lam Mim, Alif Lam Ra, Ha Mim dan lainnya.
Ciri-ciri surat Madaniyyah
 Suratnya berisi tentang kewajiban atau had (sanksi)
 Dalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah Madani, kecuali surah al-Ankabut adalah Makki.
 Di dalamnya terdapat dialog dengan ahli kitab
 Diawali dengan ya ayyuhal ladzina.
Manfaatnya kita mempelajari tentang surat-surat Makkiyyah atau Madaniyyah salah satunya yaitu agar kita lebih mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Quran, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik pada periode mekah maupun periode Madinah.

DAFTAR PUSTAKA

 Anwar, Rosihon, 2000, Ulumul Quran, CV Pustaka Setia : Bandung.
 Manna Khalil al Qatthan,1987, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an I, Rineka cipta ; Jakarta.
 Manna Khalil al Qatthan, 2007, Studi ilmu-ilmu Al-Quran, Pustaka Setia : Bandung.
 Supiana, dkk, 2002, Ulumul Quran dan pengenalan metodologi tafsir, Pustaka Islamika : Bandung


0 komentar:

 
dani's blog © 2008